Ingatan Pahit
Tanggal : March 25, 2019 Jam : March 25, 2019
- Cerpen Karangan: Sherry Almitha
- Kategori: Cerpen Persahabatan
- Lolos moderasi pada: 9 October 2017
Shelma meletakkan handphone-nya di meja belajarnya. Bosan menunggu pesan dari Sania yang tak kunjung membalas. Dia dan Sania ada janji untuk bermain di rumahnya hari ini.
Hari ini, tanggal 16 Juni 2016. Pukul 09:12 WIB. Artinya, Sania sudah telat 12 menit dari waktu yang dijanjikan-nya, tak biasanya Sania seperti ini. Iseng, Shelma membuka lemari meja belajarnya, ia sudah lama tak membuka lemarinya itu. Tak sengaja Shelma melihat kotak berwarna ungu dengan motif garis berwarna pink dan biru.
‘Kotaknya kaya yang ga asing, emang ini pasti punya gue. Gue lupa apa ya isinya?’
Penasaran, Shelma membuka kotak itu dengan terburu-buru hingga tutupnya terjatuh. Tapi Shelma tak peduli, matanya tertuju pada isi kotak tersebut.
Gelang kaca bertuliskan ‘Forever’, jam tangan berwarna ungu dan kacanya berwarna pink muda, foto yang menunjukan 5 orang yang sedang tersenyum ke kamera dengan penuh tatapan bahagia, dan novel berjudul Dunsa. Semua benda itu benda kesayangan Shelma.
Mata Shelma berair ketika membaca sebuah surat dengan amplop berwarna ungu.21 Agustus 2015
Dear, Shelma Michelle Cleorinda.
Aku tau sekarang pasti kamu lagi berbahagia dengan teman-teman baru kamu di sekolah baru kamu.
Maaf aku ga bisa main sama kamu kaya dulu. Emm kamu juga kayanya udah ga mau main sama aku lagi kali ya. Aku liat kamu lebih nyaman dan lebih bahagia main sama temen kamu yang lain daripada aku, Aulia, & Akmal.
Sekarang, aku udah pindah lagi ke Bogor. Jujur aku kecewa banget sama kamu, bahkan Aulia dan Akmal pun begitu.
Aku, ngasih Novel ini special buat kamu. Asalnya, aku mau ngasih langsung ke kamu, tapi kamu kayanya sibuk banget sama temen-temen kamu itu. Sekali lagi, kita kecewa banget sama kamu. Terutama aku, aku kangen sifat kamu yang dulu, yang selalu bisa ngertiin gimana pun keadaan aku.
Salam sayang,
Naufal Azhar Aditya Ganindra.Shelma menangis, ia tak dapat menahan air matanya. Ia sangat menyesali perbuatannya waktu itu. Sekarang, mereka sudah tak mau bermain dengannya lagi, karena mereka menganggap Shelma juga sudah tak mau bermain dengan mereka lagi.
Tok… Tok… Tok…
Dengan segera ia menghapus air matanya, membereskan kembali barang-barang tersebut agar Sania tak tahu.
“Tunggu!” teriak Shelma, cepat-cepat Shelma membuka pintu untuk Sania.
“Kok lama sih? Lagi ngapain? Eh iya, tadi gue ga bales pesan lo soalnya Handphone gue low batt, minjem chargeran dong” cerocos Sania.
“Kalo nanya itu satu-satu napa. Tadi gue ketiduran di kamar” kata Shelma sambil menyerahkan Chargeran miliknya.
Mereka berdua duduk di ruang tamu, tak ada orang lain selain mereka di rumah Shelma. Anggota keluarga Shelma yang lain-nya sedang berada di rumah nenek Shelma.
“Kok lo milih tinggal di rumah ini sendirian selama beberapa hari sih? Padahal tuh ya, kalau di rumah nenek pasti lebih seru. Banyak orang, banyak duit, & banyak kebahagiaan. Itu menurut gue” Sania dengan santai bilang seperti itu pada Shelma.“Gue udah bilang berapa kali sih, kalo gue males banget mudik. Lagian gue sendirian juga gue nikmat-nikmat aja”
“Ga mungkin karena lo males doang, pasti ada alesan lain. Coba lo cerita ke gue”
Shelma sudah berniat untuk menceritakan masa lalunya pada Sania. Tapi dia bingung mau mulai dari mana hingga yang keluar dari mulutnya adalah
“Ga ada, kita beli makanan di warung aja kali ya. Gue males ngomongin itu-itu terus kalo ngobrol sama lo”
“Dih, lo laper kalo lagi baper. Yu kita beli yang pedes-pedes” kata Sania dengan semangat.
Warung terdekat dari rumah Shelma berada di sebelah rumah nenek Naufal, yang artinya, Shelma bakal ketemu Naufal. Melihatnya saja sudah membuat jantung Shelma ser-seran, apalagi lebih?Benar saja, di perjalanan Shelma melihat Naufal sedang bermain dengan Akmal, adiknya dan juga Fahmi. Tak sengaja, mata mereka bertemu. Naufal dengan cepat memalingkan mukanya dari Shelma. Dan itu membuat Shelma ingin menangis.
“Ada apa sih? Kok ngelamun terus?” pertanyaan Sania membuat lamunan Shelma terhenti. Ternyata mereka sudah sampai di tempat tujuan. Warung.
Setelah selesai membeli makanan, mereka segera kembali ke rumah Shelma untuk menyantap makanannya.
Lagi-lagi di perjalanan Shelma melihat Naufal lagi, tatapan mereka bertemu lagi, kini lebih lama. Shelma memanfaatkannya dengan memberi senyum pada Naufal. Tapi lagi-lagi Shelma ingin menangis. Naufal kembali membuang muka.
Setelah sampai di rumah Shelma, mereka langsung menyalakan TV, melihat berita macet di mana-mana. Sungguh membosankan.
Mungkin Sania juga merasakan hal yang sama pada Shelma. Maka Sania pun berkata“Gue udah bilang sama wali kelas, kita bakal 1 kelas lagi”
“Bagus”
“Gue penasaran, gimana temen sekelas baru kita ya?”
“Gue juga penasaran”
“Ada yang ganteng kagak ya?”
“Ah lo pikiran ngarahnya ke yang gitu mulu, dasar Jomblo Kronis”
“Diem lu Zones Kamvredh”
“Sama-sama Jomblo ga usah saling hina gitu ah”
“Ya elah. Gue cabut dulu ya, takut dicariin nyokap”
“Ya udah, sana pergi”
“Ngusir? Ok Fine! Eneng mah Strong da” kata Sania sambil berdiri dan berjalan menuju pintu.
“Jis, baper” kata Shelma membukakan pintu.
Setelah Sania pergi, Shelma bergegas menuju kamarnya.
Ia membuka kembali kotak berwarna ungu tadi, kini ia menggengam gelang kaca bertuliskan ‘Forever’. Ia sangat mengingat kejadian saat ia pertama mempunyai gelang itu. Saking Shelma mengingatnya, tak ada satu bagian pun yang ia lupa.
Flashback 3 years ago.Flashback 3 years ago.
“Besok kita main ke alun-alun yu?” kata seorang gadis berkaca mata.
“Boleh, yu?” si gadis lain menjawab sambil bertanya kembali pada sang pria.
“Iya, besok kita ke sana. Tapi harus bilang dulu sama bunda”
“Bunda! Boleh ya besok kita main ke alun-alun?” teriak Aulia dengan penuh semangat.
“Boleh, sama siapa? Oval ikut?” balas seseorang dari dalam rumah.
“Iya oval ikut kok bun, Shelma juga ikut”
“kalian mau main? Akmal juga ingin ikut dong” rengek bocah lelaki kecil di samping Naufal.
“Akmal ga boleh ikut, sayang. Akmal kan maih kecil, gimana kalo Akmal tersesat?” Mama Naufal menengkan Akmal yang menangis ingin ikut.
Setelah Akmal dan Mama Naufal masuk ke dalam rumah. Tersisa lah Aulia, Naufal, & Shelma.
“Besok ditunggu ya jam 9 di sini, kita senang-senang di alun-alun.”
“Ok tapi kayanya kita harus berangkat tanpa sepengetahuan Akmal deh”“Iya, besok kita lihat kondisi Akmal-nya dulu kali ya”
“Ya udah besok aku ke sini jam 9, sekarang aku pulang dulu. Udah sore. Bye” Shelma pulang ke rumahnya yang tak jauh dari tempatnya barusan bermain.
Keesokan harinya, pukul 9 Shelma sudah siap menunggu diteras rumah nenek Naufal & Aulia. Tak lama, Aulia & Naufal keluar bersamaan.
“Beres, yu pergi” bisik Aulia, pandangannya masih tertuju pada orang di dalam rumah.
“Yu, cepet-cepet keburu Akmal nengok kan kacau”Sesampainya di alun-alun mereka melihat perlombaan basket di lapangan dekat situ. Banyak pedagang berjejer di sana, dari makanan hingga pakaian semua ada disana.
Pandangan Shelma tertuju pada pedagang gelang yang bisa diukir.
“Beli gelang yu” ajak Shelma.
“Yu, mana? Oh itu ya?”
“Gelangnya bisa diukir ya mang?” tanya Naufal pada si pedagang.
“Iya, biaya ukirnya untuk sekarang gratis. Silahkan dipilih, murah kok Cuma 20 ribu dapet tiga gelang” promo si pedagang.
“Aku mau yang ini” kata Aulia, memperlihatkan gelang kaca transparan berwarna pink. Sedangkan Naufal membawa warna Abu-Abu.“Aku yang ini aja deh” Shelma menunjukan yang berwarna ungu.
“Tulisan nya apa ya?” tanya Naufal bingung.
“Gimana kalau punya aku tulisan-nya ‘Best’ , punya oval ‘Friend’ , dan punya Shelma ‘Forever’?” jawab Aulia penuh antusias.
“Boleh, ini mang”
Setelah selesai, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Sebelumnya terjadi percakapan
“Dengan gelang ini, kita harus inget kalo persahabatan kita itu Sejati” kata Aulia.
“Yap! Aku setuju banget” jawab Shelma. Sedangkan Naufal hanya memandang lurus kedepan dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Flasback end.
Shelma mengingatnya, perkataan Aulia. Sungguh mengingatnya.
Tatapannya berpaling pada jam berwarna ungu. Jam pemberian Naufal diulang tahun-nya yang ke 10. Naufal selalu tahu apapun tentang Shelma. Sedangkan Shelma tidak tahu apa-apa tentang Naufal. Tentang perasaan Naufal.
Tak terasa, besok adalah hari terakhir liburan. Artinya, Naufal akan pulang. Naufal-nya akan meninggalkannya lagi.Keesokan harinya, Shelma kembali mengingat-ngingat kejadian yang pernah Shelma alami bersama Naufal
Mode Flashback ON
”Jadi, kalian mau pulang sekarang?” tanya Shelma dengan wajah murung.
“Rumah kita bukan di sini, kita di sini cuma ngunjungin nenek buat liburan.” Kata Naufal tegas pada Shelma.
“Kita balik lagi kok, kira-kira liburan depan pas Idul Fitri” timpal Akmal.
Melihat wajah murung Shelma, Aulia yang sedang memasukan bajunya kedalam koper pun bergegas menuju ketiga sahabatnya.
“Kamu takut kita bakal lupain kamu? Kita ga akan lupain kamu kok, Kita janji bakal main lagi sama kamu kalau udah musim liburan lagi. Kalo sekarang kita harus pulang dulu” kata Aulia sambil memeluk Shelma.
“Janji ya ga akan lupain aku? Ga akan jauhin aku kalau kalian udah balik lagi kesini?” kata Shelma hampir menangis.
“Janji!.” Kata mereka bertiga serempak.
Flashback OFFShelma ingat, itu saat dulu waktu pertama kali mereka berpisah. Shelma tersenyum miris ketika mengingat janji yang terselip di antara ingatan itu.
‘Kita ga akan lupain kamu kok’
Perkataan Aulia terngiang-ngiang dalam pikiran Shelma. Tapi kini Shelma sadar. Janji itu sudah tak berlaku.
Cerpen Karangan: Sherry Almitha
Facebook: sherry almitha
Urang Bandung Asli. Lahir tanggal 07 DEsember 2003. Cerpen pertama. Jadi cerita nya masih rada acak-acakan.
Selesai
Apa komentarmu?