Kau Telah Tiada
Tanggal : March 26, 2019 Jam : March 26, 2019
- Cerpen Karangan: Alfred Pandie
- Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Horor (Hantu)
Hari ini aku terlambat pulang kuliah lagi. Aku menyusuri sebuah jalan yang dulu adalah kuburan. Akibat perkembangan kota jalan ini di renovasi, kuburan di ratakan dan di aspal. di ubah menjadi jalan raya. yang di di potong jalur kereta api jurusan jabodetabek.
Perjalanan akan terasa menantang ketika anda melewati tempat ini. Sudah banyak kecelakaan terjadi. Sudah banyak cerita di film kan. Aku sendiri punya kenangan manis dengan jalan ini. dengan seorang pria yang bagiku suatu keanehan. percaya atau tidak. percayalah!
Hari ini seperti biasa aku pulang malam lagi, terpaksa aku naik kereta. Aku melihat jam di tanganku sudah 11:13 wib. Aku menghela napas panjang dan melirik beberapa pasang mata hilir mudik di depanku, Karcis telah di tangan namun hampir setengah jam aku di sini belum ada kereta yang lewat.
“akhirnya datang juga, sial lama betul” aku berkata dalam hati sambil memasuki pintu kereta.
Beberapa saat keretapun jalan. hanya beberapa penumpang yang terlihat tidur, membaca koran, mendengarkan musik, dan ada juga yang mengotak-atik hape.Aku termenung duduk sendiri bersender pada sebuah kursi, Sekitar bebrapa jam kereta berlalu entah dari mana seorang pria berdiri di depanku dan meminta izin duduk di sampingku. “ya, silahkan” jawabku singkat menahan rasa kantuk. pria ini duduk di sampingku, entah kenapa hawa dingin terasa sekali, aku melingkarkan tanganku, mencari posisi yang bagus untuk ku tertidur.
Aku kembali memasukan tanganku ke saku jaketku, karena sungguh dingin sekali. padahal aku melirik ke yang lain tak ada yang sepertiku, mereka tetap dengan posisinya tanpa merasa terganggu
“mba dingin banget ya?” tanyaku pada seseorang yang menatapku, namun ia hanya melihat penuh keheranan.
“dingin ya, mba?” pria di sampingku berkata sambil memandangku sayu.
Aku terdiam beberapa saat, mata itu sayu menatapku membuatku salah tingkah.“ii.. aaaaa, iiaa mas, dingin” jawabku singkat.
“ini pakailah” ia menyerahkan sebuah jaket merah padaku.
Aku tak menjawab karena ia sudah melingkarkan jaket itu di tubuhku. aku hanya membalas dengan senyum hangat. aku menyandarkan posisiku di tempat duduk dan menutup mata.
Kereta pun berhenti dan ketika aku menengok ingin mengembalikan jaketnya. pria itu sudah tidak ada. beserta jaketnya. Hening beberapa saat sebelum aku beranjak pergi karna kereta akan berangkat kembali.
Hari ini aku terlambat lagi. Sudah beberap hari ini entah mengapa aku terlambat, mulai dari taksi yang mati tak jelas sampai tukang ojek yang tidak mau mengantarku dengan alasan tak jelas pula. Aku naik kereta lagi. suasana tidak terlalu aneh malam ini, seperti biasa, sepi dan hanya beberapa orang dengan kesibukan masing-masing. Saat kereta melewati tempat ini, seorang yang kemarin datang dan minta izin untuk duduk. aku terdiam beberapa saat dan mempersilahkannya.
“maaf kemarin aku turun duluan, habisnya kamu tidur, aku tidak enak?” pria ini meminta maaf.
“ah, tidak apa-apa. kamu siapa?, aku alifah?” aku mengulurkan tangan.“oh, ia aku alfred” ia membalas salamku, tangannya dingin sekali, rasa dinginnya mengalir di seluruh tubuhku, aku kaget dan ingin melepas karena kaget, namun ku urungkan, aku takut ia tersinggung.
Kami berbincang sampai tak terasa kami akan turun, untuk beberapa saat ia pamit dan menghilang di keramaian. padahal aku ingin turun bersamannya. entah mengapa aku merasa ada yang aneh terjadi padaku, aku merasa lebih dekat dan seperti telah mengenalnya lama sekali. namun ku coba tepis rasa itu.
Kejadian ini berlangsaung hampir 2 minggu berturut-turut, pasti ia datang dan meminta izin untuk duduk dan berbincang panjang lebar, kadang ia sengaja memegang tanganku dan sengaja ku biarkan. Karna aku juga tahu aku mencintainya.
Malam ini ia tidak ada, dan rasanya sepi sekali, aku melihat sekelilingku, orang-orang dengan rokok ngebul sana sini, pengamen bertindik. dan beberapa orang dengan aktivitas masing-masing. Aku melihat jam ku dan aku tahu seharusnya alfred telah hadir di sini beberapa jam yang lalu. Aku turun dan rasanya sepi sekali, tidak ada yang menemaniku bicara. dan itu membuatku sangat… sangat bosan..Sudah hampir seminggu aku tak bertemu dengan alfred, membuat batinku tersiksa, kadang aku bertanya “kenapa? kok bisa begni, apa yang terjadi padaku?”
Malam ini sosok yang aku dambakan hadir lagi, ia dengan senyum hangat dan di tangannya sebuah kotak merah kecil, sperti biasa ia meminta izin dan memohon untuk duduk di sampingku dan aku mempersilahkan dengan senang hati. Penampilannya sungguh membuatku terkejut, tampan sekali alfred, jaket hitam di tubuhnya menambah manis senyumnya, Beberapa saat Ia menyatakan kalau ia jatuh cinta padaku, membuka kotak merah berisi cincin dan melingkarkan di jari manisku. Ia meremas lembut tanganku dan seperti biasa sebelum kereta akan sampai ia telah pergi entah kemana.
Malam ini alfred tidak ada lagi. mungkin ia sengaja atau mungkin ini sebuah kejutan, aku turun dengan perasaan tidak puas, tak bersemangat sama sekali. aku kira hanya malam ini namun aku tak pernah melihatnya lagi beberpa hari berikutnya, batinku tersiksa karena tak ada kabar dan hanya lewat jalur kereta ini aku bisa berjumpa dengannya.
Malam ini alfred tak ada lagi, hanya saja di kursiku sebuah diary dan sebuah pena tergeletak. Aku meraihnya membuka setiap lembarnya.
—Hari ini indah sekali ya. Alifah
aku tak tahu akan bertemu dengan wanita secantikmu dan kamu membuat aku sungguh jatuh cinta.
Setiap berbincang dan mengenalmu adalah hal termanis yang bisa ku katakan di malam-malam dinginku ini.Hari ini tubuhku tidak sempurna menjelma, aku tidak terlihat olehmu alifah, sudah lama aku duduk di sampingmu dan kau tidak menyapaku sama sekali, aku tersadar ternyata aku tak terlihat olehmu.
Ini malam terakhir Aku untuk bisa melihatmu lebih dekat. aku bisa merasakan beberapa sendi-sendiku mulai lepas, dan tubuhku mengelupas terpaksa aku merubah penampilan untuk menutupi busuk tubuhku.
Alifah, aku mencintaimu setengah mati, namun duniaku duniamu dunia kita berbeda, kita tidak bisa bertemu lagi.
Aku mohon maafkan aku.
Sekarang aku pergi dengan tenang dengan senyum hangat yang pernah kau beri untuk ku.
Jangan mengiringi kepergianku dengan air mata, tersenyumlah karna kamu akan selalu di sini alifah, di mimpi panjangku dan aku akan menantimu di keabadaian, selamat tinggal..
—Aku melemparkan diary di sampingku. membuat seluruh mata melihatku.
Aku melangkah keluar dan beberapa saat sebuah kerumunan di samping rel menarik perhatianku.
Aku berlari melihat apa yang terjadi..
Aku menutup mulutku tak percaya..
Sebuah tubuh yang ku kenal selama ini tergeletak di pinggir rel dengan tubuh rusak, “ya, tuhan apa yang terjadi?”
*tenyata alfred adalah korban yang bunuh diri di kereta api dan mayatnya baru di temukan sekarang,
begitulah berita yang berhasil ku lihat di tv.
Aku masih bertanya-tanya kenapa ia muncul di hadapanku? Aku tak percaya alfred telah tiada, sampai pada detik ini aku masih mengunakan kereta dengan jurusan yang sama tempat duduk yang sama namun tak ada alfred lagi.. Datang dan melihat kembali seseorang yang pernah di ingatnya walau dalam mimpi panjang.
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Facebook: alfredpandie[-at-]yahoo.com
I love you all
Please add gue
alfredpandie[-at-]yahoo.com
Selesai
Apa Komentarmu ?
No comments:
Post a Comment